Beberapa tahun terakhir saya mengamati kok copywriting lebih sering membahas tentang penjualan. Seolah-olah copywriting untuk jualan dan meyakinkan pembeli.
Emang bener sih, cuman jadi kehilangan ruh dari copywriting itu sendiri. Yang nggak hanya digunakan di penjualan aja.
Tapi uniknya lagi ada oknum menggunakan copywriting yang berusaha memanipulasi agar orang lain untuk membeli.
Padahal copywriting itu cara untuk menyampaikan USP (unique selling point) produk atau layanan ke target market dengan bahasa yang tepat.
(USP = poin yang paling menonjol dari produk yang kamu jual).
Penjualan itu dampak dari apa yang sudah dirancang dan disampaikan melalui tulisan (copywriting). Untuk referensi copywriting di Indonesia belum selengkap di luar negeri.
Eits, ini bukan nyinyir, saya berbicara fakta. Karena ketika saya membaca buku copywriting seperti:
Copywriting Made Simple, The Adweek Copywriting Handbook, How to Write a Good Advertisement. Hampir semua yang mereka sampaikan berbeda copywriting yang kebanyakan di Indonesia.
Wajar sih, penjualan itu salah satu trigger untuk memancing orang lain beli. Trigger atau pemicu adalah penggerak untuk menarik perhatian.
Itu cuman satu trigger yang baru dimaksimalkan masih ada 30an trigger yang dibahas di dalam buku Adweeknya Joseph Sugarman.
Copywriting itu Seni
Kalau seandainya copywriting ada rumus dan terlalu menggunakan kata baku, sulit rasanya untuk pesan itu diterima oleh audience. Makanya penting seorang copywriter memiliki sikap fleksibel.
Ingat! Ini bukan nulis skripsi, ini nulis copywriting yang mudah diterima oleh audience.
Mengutip dari The Adweek Copywriting Handbook, tujuan copywriting itu: “To cause a person to exchange his or her hard-earned money for a product or service.” Pokoknya gitu ya, biar kamu aja yang menerjemahkan.
Dikatakan seni karena nulis copywriting itu tergantung dari copywriter mengintepretasi USP produk dan layanan. Setiap copywriter memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda.
Itulah kenapa copywriting menjadi unik karena nggak mudah ditiru dari luarnya aja.
Copywriting itu Mudah, yang Sulit Itu…
Menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan USP (unique seling point) produk atau layanan ke target market.
Itu sih yang saya dan tim rasakan. Jadi, copywriting bukan sekedar menaikkan penjualan aja. Lebih dari sekedar itu. Ada pun ada yang lebih penting dari copywriting. Apa itu?
Satu Hal yang Terlupa Sebelum Menulis Copywriting
Apa yang kamu lakukan sebelum membuat copywriting? Satu hal itu adalah kamu mesti memahami USP dari produk atau layanan agar apa yang kamu buat nggak melenceng dari USP itu sendiri.
Pentingnya bertanya kepada orang yang memesan jasa copywriting kamu atau atasan kamu. Karena kalau content writing sih bisa aja tanpa wawancara karena tujuannya adalah mengubah persepsi audience. So, jangan lupakan itu.
Sales Letter Lebih Penting dari Copywriting
Tunggu dulu, ini bukan saya yang mengatakan tapi guru Hypnotic Writing saya yakni Dr. Joe Vitale. Beliau mengatakan dalam buku Hypnotic Writing: “tidak ada halaman penjualan = tidak ada penjualan”.
Mau bikin copywriting untuk jualan kalau nggak pake sales page (halaman penjualan) rasanya nggak mudah untuk menyampaikan USP kita kepada calon pembeli.
Saya sadar apa yang kami lakukan dalam menjual produk mulai dari Program sertifikasi impactful writer, penulispreneur, professional impactful writer program, dan digital marketing fundamental.
Apa yang kami jual bentuknya ebook pula, yang selama ini banyak orang berasumsi “orang males baca ebook”. Tapi kami tidak menjual ebook, ferguso!
“kok gitu, maksudnya gimana, Kadika?”
Tapi menjual informasi yang sangat berharga untuk menyelesaikan masalah apa yang selama ini mereka (market) rasakan. Ebook hanyalah media.
Ingat! M-E-D-I-A, jadi untuk menyampaikan informasi berharga itu bisa menggunakan media apa aja. Hanya aja ebook masih menjadi media yang masih efektif untuk menyampaikan itu.
Media itu bisa buku cetak, ebook, news letter berbayar di email, atau majalah? Tergantung market kamu seperti apa.
Saya dan tim mengetahui apa yang tidak disukai orang saat membaca ebook, yakni tampilan dan pengemasan. Kami buat ebook menjadi nyaman dan enak dibaca.
Ya, saya meriset diri saya sendiri, wong saya awalnya nggak suka baca dan nulis. Jadi lebih mudah untuk mengetahui masalah kebanyakan orang males membaca.
Oh ya, sekarang kamu jadi tau ebook yang seperti apa yang akan dibaca oleh pembeli. Kamu bisa belajar di mana saja, tapi kalau kamu ingin belajar yang sudah terbukti ya di penulispreneur.com.
Eh, kok ngomongin ebook ya?
Kembali ke sales page atau halaman penjualan. Nggak mungkin kan kamu ujug-ujug transfer 97rb untuk ikut penulispreneur tanpa sales page? Tanpa memahami apa yang beli? Pasti nggak!
Secara kamu kan smart people. Wkwk. Iya kan?
Nah, jadi kata Joe Vitale sales page itu menjawab secara cepat segala yang mereka tanyakan dan keberatan yang mereka ajukan.
Tidakkah kamu menyadari yang ada di penulispreneur.com dan impactfulwriter.com pun demikian?
Sales page itu esensial alias inti dalam menjual apa pun di internet. Mau jualan ebook, buku, jasa, bahkan gadget sekali pun.
Liat aja Samsung dan brand lainnya pasti menggunakan sales page untuk menyampaikan apa USP yang mereka ingin sampaikan ke market.
Oh ya, menariknya lagi, kami sedang menyusun modul untuk impactfulsalesletter.com, dimana kami akan mengbongkar sales letter milik kami sendiri yang mampu menghasilkan penjualan puluhan juta.
Ya, mungkin informasi yang barusan kamu baca belum tentu dibutuhkan tapi nyatanya kamu selesai membaca. Hehe. atau kamu bisa bagikan ini kepada yang membutuhkan.
Selamat menikmati hari weekend!