Bookstagram adalah Pahlawan Literasi Masa Kini

B

“Hanya butuh satu buku untuk jatuh cinta pada membaca.”
Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia 2020

Sebuah kenikmatan tersendiri ketika merekomendasikan buku, lalu buku tersebut bisa membawa manfaat kepada yang direkomendasikan.

Ya, setidaknya itu adalah aktivitas kecil yang aku terus tularkan hingga hari ini, kalau yang udah baca tulisanku di ebook Panduan Penulis, kalau aku awalnya nggak suka baca dan nulis, tapi memilih jadi profesional blogger, udah nggak asing dengan cerita ini.

Apa sebenarnya seseorang mau membaca buku?

Karena persoalan hidup yang tak kunjung ketemu jawabannya, iya atau iya?

Buku adalah jendela dunia, begitu frasa ketika aku masih SD, ternyata aku paham sekarang maksudnya.

Ya, buku adalah cara kita mengubah cara pandang terhadap masalah yang sedang kita hadapi, kita meminjam sudut pandang orang lain yang sudah lebih dulu menemukan sudut pandan tersebut.

“Contohnya gimana Kadika?”

Kadika punya ilustrasi bahwa masalah adalah soal persepsi memandang.

Dulu teman Kadika bekerja di tempat yang menjual untuk menumbuhkan brewok, tapi di satu sisi Kadika melihat iklan yang memberikan solusi mencukur brewok sampe akar.

Seandainya mereka menerima kondisi tersebut, masalah tersebut nggak ada, tapi ya namanya keinginan manusia ingin bertumbuh sesuai keinginannya, itu jadi masalah.

Lanjut, ya…

merekomendasikan buku sejak suka baca, 11 tahun lalu.

 

Satu Hal yang Membuat Seseorang Makin Tertarik Membaca Buku

Sebelum instagram makin banyak kreator yang update tentang edukasi, baca buku itu sungguh melelahkan, kenapa?

Ya, nggak tau apa yang menarik dari buku tersebut, itu juga yang bikin ngantuk kalau baca buku yang belum jelas gambaran besarnya.

Beruntungnya sekarang ada Pahlawan Literasi, ya, Bookstagram. 

Adalah, sekumpulan orang yang aktif berbagi wawasan tentang buku yang sedang dibaca di Instagram. Dengan tujuan memberi informasi sekilas tentang buku, bisa dalam bentuk rekomendasi, review isi buku, hingga merangkum buku apa saja yang sesuai kategori kebutuhan pembaca.

Orang yang melakukan itu, disebut Bookstagrammer.

Yang paling popular dan aku tau adalah Kak Alya, dia cukup update buku-buku terbaru, jadi bisa tau gambaran umum sebuah buku.

Kak Alya yang sering muncul di berandaku untuk review buku. dan masih banyak lagi kak Alya lainnya yang aktif berbagi tentang buku.

Kenapa?

Karena Bookstagrammer rela mendedikasikan waktu, energi, dan materi untuk menulis review buku yang udah dibaca.

Ini yang membuat seseorang makin tertarik membaca.

Ini juga pengamatanku ke diri sendiri kalau direview orang lain, dan relate dengan kehidupanku, aku mau baca. Hehehe.

Meski ada juga buku hasil eksplorasi dari hunting, entah di toko online atau jalan-jalan ke toko buku.

Kenapa kemampuan membaca menjadi penting?

Ya, selain bisa menemukan alternatif sudut pandang ketika kita menghadapi persoalan hidup,

…juga menciptakan kebahagiaan atau kecanduan tersendiri ketika mendapatkan informasi yang mind blowing.

Bukan hanya itu, membaca juga modal buat kita menulis. Ketika kita ingin menulis yang berkualitas, bermanfaat, berdampak, kita udah punya bahan.

Inilah penting memiliki kemampuan daya serap yang tinggi ketika membaca.

Menariknya ini sejalan dengan keunggulan program Bahasa Indonesia Kumon, ya, meski yang baca postingan ini nggak semuanya punya anak kecil, tapi minimal ada keponakan, atau anak tetangga. Wkwk.

Mana tau mau menanamkan kebiasaan positif dengan memberikan Les membaca buat anak, karena kumon ini emang ada sejak lama, aku masih sekolah SMA aja udah ada.

Oke lanjut lagi, ya?

 

Hanya Butuh Satu Buku untuk Jatuh Cinta Pada Membaca

Ya, seperti yang Kak Najwa katakan di awal tulisan ini, itu benar adanya.

Aku sendiri jadi suka baca karena setelah membaca buku Allah Tak Pernah Ingkar Janji, sejak saat itu, aku jadi suka baca.

Rasanya pengen terus mencari buku yang memuaskan dahaga kebodohan, dan ganjarannya terus didapat.

Apa itu?

Ya, perasaan candu untuk terus membaca.

Maka, carilah buku itu, mungkin saat ini membaca buku terasa berat, ya, sesekali lihat postingan Bookstagram, agar apa?

Menambah semangat, bahwa banyak buku yang menarik untuk kita baca, artinya kita bisa menuntaskan satu buku, untuk membaca buku yang lain.

Rasain deh kalau udah banyak baca itu gimana rasanya, tak terlukiskan, bikin senyum senyum sendiri kalau udah menemukan pemahaman yang mind blowing. Hehehe.

 

Menanamkan Kebiasaan Membaca adalah Investasi yang Layak Ditanamkan Sedang Kecil

Aku tak pernah menyesal ketika baru suka baca di kelas 2 SMA, justru aku bersyukur, banyak kenikmatan yang aku rasakan ketika aku terbiasa membaca.

Selain aku lebih mudah dalam menulis, juga aku punya bahan untuk mengobrol yang lebih tinggi status hingga lebih tua dariku, agar apa? Nyambung, hehe.

Itu juga suatu kenikmatan, lho, bisa bertukar informasi dari apa yang sudah dipahami.

Aku punya keponakan perempuan, dia berusia 4,5 tahun, tapi udah mulai menduplikasi sikap keseharian aku dan ayahnya.

Shafa yang mulai suka dengan bau buku baru.

Apa itu?

Suka ke toko buku dan tertarik dengan buku, meski untuk membaca buku masih butuh waktu,

…tapi yang penting adalah tertarik buku dulu, contoh riilnya, dia suka banget sama wangi buku baru. Hahaha!

Maka penting anak bisa ikut kursus membaca agar apa? Lebih optimal penyerapannya.

Ibarat belajar nyetir dengan teman yang bisa menyetir dengan instruktur yang berpengalman, ya, rasanya pasti beda, karena kita mendapatkan materi yang terstruktur, yang membuat kita mudah menguasai skill menyetir.

Begitu juga di program Bahasa Indonesia Kumon yang fokusnya bikin anak bisa membaca dan menulis, berpikir kritis terhadap apa yang dibaca, dan memiliki kemampuan memahami lebih lanjut.

“Bukannya Kumon itu untuk anak di bawah 4 tahun aja ya Kadika?”

Nggak, kok, bisa buat 5 -12 ada hinnga 13 tahun ke atas.

Jadi secara dasar yang diajarkan bertahap, yang mana efeknya ketika SMA dan lulus SMA punya bekal kemampuan membaca dan menulis yang baik.

 

Prediksi Keahlian yang Perlu Dikembangkan Penulis Ketika AI Makin Natural

Ketika Kadika berdiskusi dengan rekan kerja soal gimana kedepannya nasib penulis—ya, Kadika selain menulis juga mengajarkan bagaimana menjadi penulis, lebih tepatnya penulis konten.

Yakni kemampuan untuk crafting informasi yang didapat, karena nggak semua informasi bisa ditulis dan diteruskan, perlu berpikir kritis untuk memilah dan memilih isi yang akan ditulis.

Lalu, tau gak apa satu lagi?

Ya, kemampuan menyerap informasi dengan pemahaman tinggi. Ini nggak bisa didapat selain membaca dengan tepat. Tujuannya agar tulisan kita berkualitas dan AI nggak bisa mengikuti ini.

Kalau yang terbiasa membaca sejak lama, kemampuan ini akan terkalibrasi, akan makin bisa disesuaikan dengan kebutuhan, daya serap kita bisa ditingkatkan.

Rahasia terbesar penulis—apa pun genrenya—bukanlah ada pada teknik menulisnya, melainkan seberapa lama pengetahuan dan pemahaman itu mengendap—terinkubasi—dalam diri seorang penulis.

Ibarat sebuah anggur, makin lama difermentasi, makin mahal sekali teguknya, begitu juga pemahaman penulis, makin lama terinkubasi dalam diri seorang penulis, ketika ditulis bisa mind blowing.

Ya, seperti bukunya Henry Manampiring, Filosofi Teras.

Sekarang bukunya meledak di pasaran, ya, karena inkubasi informasi dan pemahaman Om Piring udah lama ada, cuman belum termanifestasikan ke tulisan.

Semua itu berawal dari membaca.

Jadi kalau suatu hari nanti udah ada anak, atau sekarang punya anak, worth it banget sejak dini mengikutsertakan kursus membaca anak atau les membaca anak di program Bahasa Indonesia Kumon.

 

Jadi Kenapa Penting Seorang Anak Ikut Les Membaca dan Menulis?

Selain sebuah investasi yang kelak berguna di kehidupan dewasanya, juga meningkatkan kepercayaan diri seorang anak, baik masih SD atau pun SMP.

Sebab, ketika seseorang memiliki wawasan yang luas, akan lebih bijaksana dibandingkan anak lain yang seusianya.

Di program Bahasa Indonesia Kumon, bukan saja belajar dasar, tapi juga bagaimana meningkatkan kecepatan membaca, bisa memahami apa inti gagasan yang disampaikan penulis tanpa melihat jenis bukunya.

Jadi, di usia berapa kamu suka baca?

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

3 comments

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Terima kasih Kadika atas insight-nya. Setuju sekali kalau anak sejak usia dini 5-12 tahun dan usia 13+ sudah diikutkan les membaca dan menulis. Ini penting untuk mengasah skill membaca dan menulis sang anak, agar ketika masuk usia remaja dan dewasa sudah terampil dalam membaca literatur dan menuliskannya kembali. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi dan pengingat kepada para orang tua untuk membekali anak-anaknya skill membaca dan menulis sejak usia dini.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id

I’M Certified Impactful Writer

I'M Certified Impactful Writer Certified Impactful Writer
error: Content is protected!

Eksplorasi konten lain dari Dwi Andika Pratama

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca