Kapan terakhir kali kamu merasa bahagia dengan dirimu sendiri?
Sejam yang lalu?
Sehari yang lalu?
Seminggu yang lalu?
Entah apa jawabannya, aku tidak bermaksud mindikte hidupmu.
Terkadang kita mengalami hal-hal yang berat, tak mudah, dan butuh effort yang besar untuk melewatinya.
Tapi, ada cara untuk tetap menyukai, menyayangi, bahagia dengan diri sendiri.
Perhatikan judul tulisan ini, membangkitkan. Artinya semua itu ada dalam dirimu.
Ya, kamu bisa jawab pertanyaan ini.
“Apa yang kamu suka dari dirimu sendiri?”
Spontan aja jawabnya.
Terus terang, aku suka diriku yang komunikatif, meski di satu situasi orang tidak menyukainya, karena aku banyak bicara.
Tak apa, bagiku itu sesuatu yang normal. Normal ada yang nggak suka. Hehe.
Sejak kecil, aku menyadari orang sekitarku, lebih tepatnya teman SD-ku, melabeliku “cowok lemes—banyak ngomong”, dulu sebel, tapi bodoamat, tetap enjoy dengan diriku yang komunikatif.
Ada lagi “cowok-cowok kok bawel”, aku juga tahu tempat untuk berbicara, mungkin mereka nggak nyaman kalau aku banyak bicara, mungkin mereka kalangan cowok pendiam, entahlah.
Hingga aku banyak mengonsumsi pengetahuan tentang diri sendiri, aku menyadari bahwa aku orangnya komunikatif, suka menyampaikan isi pikiran dan isi hati.
Terkadang orang yang paling dekat, boleh jadi nggak nyaman denganku, apa pasal?
Ya, karena terkadang aku berkata apa adanya, yang boleh jadi itu nggak nyaman buat mereka.
Tapi di satu sisi aku orangnya cepat reda kok, setelah mengatakan, terus lupa. Wkwk.
Salah satu kesenangan yang aku sadari lagi adalah, menulis blogpost random. Aku sadar, ini sedang mode curhat, bukan mode profesional.
“maksudnya gimana Kadika?”
Ya, kalau mode curhat, nulis ngalor ngidul aja, selama bukan penghinaan, ngomongin orang, ya, nulis kayak gini menyenangkan sekali. Terlepas akan ada yang baca atau nggak.
Kalau mode profesional, ya, aku menulis sesuai formula impactful writing, ada sesuatu yang lebih berbobot yang aku sampaikan.
Menulis secara spontan menyeimbangkan pikiranku yang terkadang perfeksionis, ya, aku terkadang suka perfeksionis.
Balik lagi ke self-love, ini berbeda dengan egois, ya, ini itu rasanya lembut, excited, dan nggak takut rasa ini pergi.
Kalau egois ada rasa senang pada dirinya sendiri tapi nggak mau hilang, makanya kalau hilang jadinya berbalik 1800 rasanya, yakni nggak nyaman, terluka, dan sedih. Hehe.
So, lakukan aja apa yang kamu sukai dari dirimu sendiri, kalau kamu suka melukis secara random lakukan aja.
Kalau kamu suka ketemu orang random, ya, keluar aja, sapa mereka, ajak ngobrol mereka.
Rasa senang ini melebihi rasa senang ketika di depan rumah ada seseorang berkata, “pakeeeettt”,
…aku tahu ini rasanya menyenangkan, tapi butuh budget dan cenderung senangnya itu ketika menunggu aja. Iya kan? Hehehe…
Yaudah, gitu aja dulu. Sampai ketemu di tulisan berikutnya.