Ah, sudah lama tidak sharing dengan kalian semua. Sebelumnya saya menyapa kalian. Apa kabaaar?! *suara gemuruh*. Saya harap kalian selalu dahsyat dan sehat ya, aamiin. Hehe
Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan pelajaran yang luar biasa. Bagaimana tidak selama ini saya sibuk membaca buku buku namun saya haus akan contoh yang konkrit. Dalam artian ingin diperjelas dengan suatu peristiwa.
Ketika itu saya baru keluar dari kamar mandi, karena kondisi hujan yang salah satu mempengaruhi suhu tubuh saya, hehe. Jadi kepengeeeen ….. terus hehe. Karena diluar hujan sangat deras sekali, setiap perkataan yang dilontarkan perlu nada yang tinggi (bukan marah tapi seperti marah).
Karena ruang makan sebelum toilet, jadi kalau saya menuju keluar (toilet) pastinya melewati ruang makan bukan? Ya tentu saja. Nah pagi itu, ayah saya sedang sarapan untuk bersiap mengajar ke sekolah (alhamdulillah guru :D). Nah, karena kondisi hujan yang deras sekali, sehingga apa yang beliau katakan tak terdengar.
Namun ada pelajaran dan hal lucu di sini. Jadi ketika itu ayah meminta saya membawakan minum, tapi gestur tubuh beliau malah menunjukan tulang paha ayam (seharusnya memberikan isyarat ingin minum agar lebih jelas). Yang terlintas dalam benak saya adalah ayah saya memberikan tulang itu untuk kucing yang biasa mampir di rumah kami, hehe.
“ih bapa ngapain yah ngasih tulang. Kan masih hujan mana ada kucing yang mau makan tulang itu” *pikir saya*
Saya lanjutkan menuju teras depan, sambil membawa kopi dan buku. 15 menit kemudian saya masuk lagi ke dalam untuk menyimpan gelas kopi tersebut. Namun ayah saya masih duduk di meja makan dan baru selesai makan. Menoleh kepada saya dan berkata dengan lembut.
“emang tadi enggak kedengeran, bapa kepengen minum”
“Enggak pa, bapanya aja nyodorin tulang paha. Dika kira diminta kasih ke kucing. Kan masih hujan. yaudah dika pikir nanti aja kasihnya”
***
Kami berdua tertawa bersama, saking lucunya terhadap komunikasi yang tidak selaras (dissonant). Sampai ibu saya mendengarkan cerita ini tertawa terpingkal pingkal, hahahaha.
Nah, di sinilah saya akan sampaikan kawan. Bahwa ketika kita berbicara itu tidak akan berpengaruh bila konten tidak selaras dengan gestur tubuh kita. Contohnya yang saya barusan ceritakan.
Karena pengrauh komunikasi yang paling besar persentasenya adalah gestur. Konten 3%, verbal 7%, intonasi 35%, dan gestur 55%. Nah cerita di atas ketidakselarasan atau dissonant yang menyebabkan miskomunikasi.
Perlu kalian ketahui, kita akan lebih sensitif melihat gestur tubuh dan mendengar intonasi saat berbicara. Nah, di sinilah letak kesalahpahaman seseorang dalam berkomunikasi.
Contoh lainnya. Seseorang yang meminta maaf dan mengakui rasa bersalahnya tetapi gestur dan intonasi tidak selaras. Mimiknya senyum senyum, dan intonasinya seperti marah.
Nah, kalau kalian sudah tau ini, silahkan praktekan agar berkurangnya kesalahpahaman dalam berkomunikasi. []
Selamat bekaktivitas. J
Salam NLP