Ternyata ada 5 Gaya Bahasa Menulis. Kamu yang mana?

T

Aktivitas menulis tidak pernah terlepas yang namanya Gaya Bahasa.

Di mana gaya bahasa itu mencermin gaya bicara Kamu juga dan nada suaramu juga.

Walaupun tulisan Kamu tidak mengandung suara.

Karena tulisan itu akan tervisualisasikan (baca: terbayang) dalam benak pembaca.

Ya, seperti halnya kita saja, suka membayangkan orang yang menulis artikel atau buku.

Seperti itulah mereka akan memvisualisasikannya (Baca: membayangkannya)

Ada banyak gaya bahasa, tetapi kamu bisa memilih sesuai apa yang kamu inginkan.

Artinya siapa pun bisa menggunakannya, yang paling penting adalah kamu merasa nyaman dengan apa yang kamu tulis.

Karena yang paling penting adalah kamu nyaman dengan apa yang kamu tulis.

Karena pembaca bisa merasakan mana tulisan yang menyemangati dan mana tulisan yang isinya ada keraguan.

Hehe…

 

Apa yang tertulis di sini bisa saja tidak ada di aturan buku.

Karena Saya ingin memberikan wawasan kepada kamu agar kamu bisa menulis dengan nyaman sehingga kamu bisa menulis dengan lancar. Mari simak.

 

1. Baku tapi Santai

Baku tapi santai? Gimana tuh maksudnya?”.

Begini maksudnya. Baku itu kata katanya tetapi dalam penyampaiannya tetap terasa santai dan tidak memberatkan si pembaca dalam memahami tulisan.

Seperti tulisan blog yang tertuang di www.dwiandikapratama.com walaupun baku, tetapi masih menggunakan kata keseharian yakni “nggak”.

 

Karena tidak semua orang nyaman menggunakan kata “tidak” makanya diganti dengan “nggak”.

Karena menulis adalah bagian dari bahasa hati yang tertuang. Hehe.

Jadi kalau kamu membaca tulisan yang menggugah hati alias baper (baca: bawa perasaan) berarti penulis sudah melibatkan hati dalam membacanya.

Kalau pusing, berarti logika semua. Atau Andanya kurang mengerti. Hehe.

Untuk gaya bahasa menulis, tidaklah baku juga, artinya kamu bisa menulis sesuai kenyamanan hati.

 

 

2. Santai dan Gaul

Bila kamu ingin membaca tulisan santai dan gaul, bacalah tulisan tulisan para komika.

Seperti Raditya Dika, Ernest Prakasa, dsb. Mereka semua menulis layaknya berbicara di hadapan kamu sendiri.

Karena mereka menggunakan bahasa santai dan gaul.

 

Kenapa mereka memilih untuk menggunakan gaya bahasa seperti itu?

Karena target market mereka adalah anak muda.

Anak muda itu tidak suka dengan tulisan yang berat, kaku, dan baku.

Makanya buku buku mereka adalah sebagai penghibur dikala hati sedang lara. Hehe.

 

Begitu juga Saya menulis buku bukan sekedar gaul, Saya menuliskan kisah keseharian Saya di sekolah.

Tetapi karena Saya buku motivasi, makanya konten yang Saya tulis adalah konten motivasi yang dibungkus dengan menggunakan gaya bahasa anak muda yakni menggunakan kata “gue lu”.

Dan itu bersahabat dengan keseharian, jadinya mereka terbiasa (familiar) ketika membaca.

Bahkan ada yang mengatakan.

Seperti tidak membaca buku.

Karena saking seperti percakapan sehari hari (tapi tidak berbentuk percakapan).

 

 

3. Baku dan kaku

Gaya bahasa menulis seperti ini biasa ditulis untuk karya ilmiah dan jurnal.

Biasanya memerlukan data dan sumber yang harus jelas.

Karena apa yang mereka tulis harus dipertanggungjawabkan sumber dan keasliannya.

Bukan hasil copas atau pun menjiplak dari suatu buku.

Walaupun semua tulisan juga tetap dipertanggungjawabkan.

 

kamu gunakan gaya menulis ini ketika kamu ingin menulis karya ilmiah atau jurnal.

Dan biasa ada mentor untuk membimbing kamu menulis.

Karena memang tidak mudah menulis dengan gaya bahasa menulis yang baku dan kaku.

Disamping kata kata yang kita sampaikan harus sesuai EYD dan juga susunan katanya harus tepat.

Memusingkan memang, tetapi kalau kamu bergelut di dunia karya ilmiah dan jurnal.

Ini adalah sebuah keharusan.

 

 

4. Bercerita

Manusia pada dasarnya suka sekali dengan cerita.

Maka dari itu bila kamu pusing dengan jenis jenis gaya bahasa menulis di atas, abaikan saja!

Kini kamu saatnya bercerita kepada banyak orang.

Bahwa kamu mempunyai tulisan yang layak untuk dibaca.

 

Terserah kamu ingin seperti apa cerita tersebut.

Pesan yang disampaikan bisa sesuai cerita yang kamu sampaikan.

Yang jelas itu bisa mendatangkan manfaat dan inspirasi bagi pembacanya.

 

Untuk bercerita kamu tidak harus selalu menggunakan kata baku dan kaku.

Bahkan menggunakan kata kata yang biasa yang sehari hari digunakan pun boleh saja.

Yang paling penting Kamu bisa menulis dengan gaya seperti bercerita di atas panggung hehe.

Alias story telling.

 

5. Curhat

Kalau Kamu memang sama sekali pusing dengan semuanya.

Kamu bisa pilih ini. Yakni dengan bahasa curhat.

Karena itu benar benar mencerminkan kondisi hati Kamu saat itu.

Tetapi risikonya adalah kalau Kamu memang curhat tentang masalah hidup.

Ya Kamu akan kehilangan privacy berhargamu.

 

Kamu boleh menyimpannya saja atau mempublikasikan tetapi dengan nama berbeda atau link yang disembunyikan.

Karena curhat dan menuliskannya, itu membuat hati kamu menjadi lebih lega dan damai.

 

Inilah 5 jenis gaya bahasa menulis. Kamu memilih dari 5 pilihan ini.

Yang Saya tekankan. Pilihlah yang membuat hati Kamu nyaman.

Jangan terlalu banyak berpikir untuk menulis seperti apa, konten yang seperti apa, abaikan dulu pikiran yang seperti itu.

Yang paling penting. Menulislah tanpa berpikir bahwa tulisan itu jelek, tidak enak dibaca, yang paling penting adalah Kamu menuangkan apa yang ada di pikiran Kamu. Sekian[]


Pelajari bagaimana membuat tulisan yang enak dibaca dan bikin ketagihan pembaca -> Pelatihan Content Writer

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

Add comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id

I’M Certified Impactful Writer

I'M Certified Impactful Writer Certified Impactful Writer
error: Content is protected!

Eksplorasi konten lain dari Dwi Andika Pratama

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca