“Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan yang hebat, adalah dengan mencintai apa yang Anda lakukan.” ~ Steve Jobs
Indiepreneur adalah singkatan dari Independent entrepreneur.
Alias seseorang yang membangun bisnis secara personal, timnya hanya ada dia dan satu orang atau bahkan dua orang.
“tapi, apa mungkin?”
Tentu saja mungkin, bahkan sekelas Brendon Burchard, seorang pembicara publik internasional, ia membatasi memiliki tim hanya 5 orang saja.
Menakjubkan bukan?
Kalau kamu lebih suka dimarahi customer, dibanding dimarahin atasan, indiepreneur ini cocok buat kamu.
Kalau nggak suka dua-duanya, ya, mending mulung, wkwk. Eh, nggak lho, bercanda.
Karena setiap profesi selalu ada konsekuensi. Tinggal kita siap nggak dengan konsekuensi tersebut.
“jadi, kenapa indiepreneur penting punya blog?”
Pertama, punya kantor kecil
Blog ibarat kantor virtual yang bisa diakses oleh siapa saja, karena kita akan berbisnis di internet, maka penting banget buat mudah diakses oleh calon buyers atau klien kita.
Bukankah sesuatu yang besar, berawal dari kecil?
Kedua, membangun reputasi dan kredibilitas
Ketika seorang indiepreneur menggunakan blog pribadinya untuk bisnis, maka yang perlu diperhatikan adalah konten tulisannya.
Apakah isi kontennya alay?
Apakah isi tulisannya mencerahkan?
Apakah isi kontennya mendorong seseorang melakukan sesuatu?
Tergantung dari kamunya mau gimana mengelola blog tersebut.
Kalau tulisan yang dibuat berbobot, enak dibaca, bernilai, tulisan itu akan meningkatkan kredibilitas seorang indiepreneur.
Yang mana kredibilitas ini cukup berpengaruh ketika seseorang hendak bertransaksi dengan kita. Dan itu juga yang akan membentuk reputasi.
“Kak, tapi, saya nggak bisa menulis, bahkan nggak punya latar menulis, terus gimana?”
Ya, Kadika ada solusinya, yakni gunakan pihak ketiga, seperti Certified Impactful Writer.
Mungkin bukan penemuan terbaru, bahwa cara memersuasi orang lain adalah lewat rekomendasi dan rekognisi orang lain.
Okey?
Ketiga, membangun brand
Brand atau citra dari sebuah merek, atau positioning sebuah di benak seseorang menentukan pengambilan keputusan seseorang mau bertransaksi atau nggak sama kita.
Ini masih nyambung dengan poin kedua, karena tulisanmu, akan mencerminkan siapa kamu sebenarnya.
Orang yang udah tau brand mercy, ketika mercy dimurahin, nggak pengen tuh beli. Atau iphone, dimurahin, malah menimbulkan curiga.
Tapi, selain positioning, brand juga berkaitan dengan pengalaman seseorang mencoba atau membeli atau menggunakan produk atau jasa kita.
Inilah yang akan menciptakan positioning di benak buyers.
Keempat, membangun list email
“apaan tuh, maksudnya Kadika?”
List atau daftar email adalah cara cepat untuk menghasilkan cash—duit, bro, duiiit. Wkwk.
Setiap kali membangun bisnis, bahkan bekerja, yang biasa Kadika langsung kerjakan adalah bangun list email, agar apa?
Ya, selain membangun positioning, juga agar menciptakan audiens yang siap membeli produk atau menggunakan jasa kita.
Oh, ya, nggak mesti produk atau jasa, kok, rekomendasi kita juga cukup bernilai buat mereka, yang kita jual adalah reputasi kita.
Karena sepengalaman saya, menjual produk affiliate, yang masih relate dengan value pribadi atau personal branding, mereka mau beli atas rekomentasi kita, kok.
Karena intinya adalah kepercayaan.
Nah, kepercayaan ini dibentuk dari konten dan tindakan kita selaras atau nggak.
Maka dari itu, mulai dari sekarang bangun personal branding di email, karena ini salah satu jalan pintas agar menciptakan audiens yang siap membeli.
Kalau mau lebih detail, baca ebook ini.
Keelima, membangun profit
Dari email kita bisa memberikan penawaran produk atau jasa yang kita miliki, alhasil, kita lebih cepat mendapatkan profit atau cash.
Selain kita bermakna karena membantu orang lain, kebutuhan kita tercukupi. Alhamdulillah.
Baca juga, deh: Bagaimana Menemukan yang Mahal dari Dirimu dan Menyulapnya Menjadi Uang?
Intinya Adalah
Lewat blog kita bisa mulai bisnis dengan jauh lebih murah, mudah, dan minim risiko.
Juga, lewat blog kita bisa menjangkau audiens lebih luas dan lebih jauh.
Manfaatnya lebih besar dirasakan oleh banyak orang.
Jadi, kapan mulai?
[…] seorang milenial indiepreneur, yang bekerja dan hanya mengandalkan diri sendiri, tentu saya sangat memerlukan alat bantu yang […]