belakangan ini Saya dilanda rasa malas yang luar biasa dalam menulis sebuah catatan sederhana di blog pribadi. Padahal niat Saya adalah ingin selalu update konten agar pengunjung setia nggak pindah ke blog yang lain. Hahaha.
Menulis ini pun saya paksakan. Karena hampir satu bulan saya menunda tulisan Saya. Nulis sih, tapi nggak selesai. Haha. Memalukan!
Di sini Saya hanya ingin menyampaikan apa adanya yang sedang terjadi di dalam diri Saya dan keadaan yang sebenarnya.
Entah bagaimana ceritanya, Saya itu suka jalan jalan ke ‘dalam’ diri sendiri(baca: komunikasi intrapersonal). Ketika Saya dapatkan penyebabnya. Lalu Saya tanyakan kepada banyak orang, ada kesamaan. Hahaha.
Kalau ditanya apa teorinya. Simak kutipan ini “Seperti di dalam, seperti itulah di luar” ~ The Secret. Bisa jadi yang terjadi di dalam diri seseorang bisa jadi orang lain pun merasakannya.
Karena dari beberapa buku yang saya baca, kita itu saling terhubung. We are connected. Itu kata tagline Arif Rhyang sekarang mengubah namanya menjadi EsKa Konsulting. Haha. Katanya SK itu Sunan Kaliurang. Ahaha. Asli ngakak dan keren.
Kalau masih belum puas, karena datanya disembunyikan. Anda bisa baca buku The Miracle of Zona Ikhlas, Erbe Sentanu. Sesuatu yang terasa non ilmiah di buku itu menjadi ilmiah. Menjadi masuk akal. Menjadi mudah dicerna.
Maka dari itu kenapa ketika Saya isengnanya ke beberapa orang yang saya kenal. Yang paling sering saya tanya adalah tanggal lahir. Why? Saya menganalisa dari beberapa orang yang saya kenal cukup dekat, Saya dapatkan karakteristik yang paling umum dan paling menonjol dari karakter lainnya.
Dari situ Saya bisa mengetahui karakter seseorang dari tanggal lahir. Kalau ditanya teorinya apa. Saya mungkin tidak bisa jawab. Tapi faktanya dilapangan begitu. Haha. Ini curhat aja sih.
Menulis itu emang susah susah gampang bro and sist. Tapi kalau udah ngehack diri sendiri buat nulis. insyaaAllah nulis juga lancar. Layaknya Anda berbicara dengan diri sendiri atau di depan audience.
Mulai Dari Sini
Saya mengamati bahwa kemalasan Saya bukan terjadi karena Saya sibuk, bukan karena banyak deadline, atau lain, bukan itu. Tetapi karena Saya nggak benar benar meluangkan waktu untuk menulis. Juga nggak benar benar fokus menulis.
Dan beralasan capeklah, nguras energilah dari buat web. Ah aja ada alasannya.
Saya memang kuliah di jurusan komunikasi. Namun bukan berarti Saya nggak boleh menyukai tokoh yang bukan Saya pelajari ya. Haha. Baik, Saya suka sekali dengan tokoh Sigmund Freud. Yang terkenal sebagai Psikoanalisa-nya.
Kutipan yang paling mengena sampai saat ini adalah “Jujur pada diri sendiri adalah latihan yang baik”. Saya dapatkan kutipan ini setelah lulus SMA. Karena ketika SMA nggak terlalu gencar untuk baca buku buku selain buku untuk UN.
Walaupun mau UN, Saya bersikukuh untuk menyempatkan untuk membaca buku selain buku pelajaran.
Dalam buku Pemulihan Jiwa, Dedy Susanto pun menjelaskan bahwa kalau kita jujur kepada diri sendiri. 50% gejala psikologi itu SEMBUH! Itu hanya jujursaja lho. Belum ditangani secara serius.
Kebanyakan kita nggak ingin (entah ingin atau emang nggak bisa) jujur kepada diri sendiri apa lagi sama orang lain. Sehingga kalau bakal terasa lho. Kalau orang yang terlalu banyak nggak jujur sama diri sendiri. Biasanya orang lain kurang percaya sama orang tersebut.
Jadi paham ya? Kenapa harus JUJUR.
Lanjut. Jadi kejujuran Saya dalam menunda untuk menulis, bukan karena alasan apa pun. Tapi hanya saja yang saya merasa pusing dalam menuangkan tulisan yang ada di kepala saya. Hahaha.
Stuck, greget, kesel, pusing. Inilah yang Saya rasakan ketika Saya menulis tetapi nggak selesai tulisannya. Haha.
Dan diri Saya mengatakan “kalau lu masih bisa cek timeline, berarti lu gak sibuk sibuk amat” itu artinya sesuatu yang nggak penting saja bisa dilakuin. Kenapa menulis ide yang segar nan gurih bisa terlewatkan begitu saja.
Memang menulis itu bicara soal motivasi. Ada yang didasari profesi. Kalau nggak nulis, ya nggak dapet duit. Ada juga mengejar traffic. Kalau nggak nulis berarti blognya sepi.
Saya pikir apa pun motivasinya bukan itu yang paling penting. Karena yang palingpenting adalah kegiatan menulis itu sendiri. Why? Kalau kita terbiasa menulis dalam keadaan malas. Kita akan terbiasa mengendalikan rasa malas itu.
Kembali ke soal JUJUR terhadap kemalasan yang melanda diri Saya. Akhirnya Saya nggak bisa menutupnutupi kekurangan diri Saya. Mungkin ada pihak yang Saya kecewakan. Melalui tulisan ini Saya memohon maaf reviewnya belum sempat dipublish bahkan ditulis.
Intinya Saya merasa malas, pusing, dan nggak meluangkan waktu untuk nulis. Karena saya paling nggak suka dibilang SIBUK. Entah nggak nyaman aja. Seolah olah kata itu yang memisahkan antara Anda dengan Saya. Hmm.
Saya nggak ingin karena kegiatan Saya yang padet (layaknya tubuh Saya). Haha. Nggak ingin hubungan Saya merenggang.
Apa Adanya
Saya suka sekali dengan prinsip ini. Apa adanya. Mungkin kata ini sering digunakan oleh kaula muda. Haha. Langsung aja. “kamu mau kan nerima aku apa adanya?”. Uhuy!
Ah sudahlah ini bukan panggung drama apa lagi sandiwara. Lanjut…
Dulu, Saya kebanyakan pencitraan. Dulu nya itu masih SMP. Haha. Ketika masuk SMA saya nerima diri apa adanya. Dan percaya atau nggak. Saya menjadi populer karena saya berprinsip seperti itu.
Yaudah kalau memang fisik Saya gemuk, gendut, yaudah. Terima aja. Toh ada juga yang kurus kepengen gemuk, kan gokil! Dasar manusia. Haha.
Sampai saat ini gue selalu bilang apa adanya alias terus terang. Namun bila Saya nggak sanggup terus terang, lebih baik nggak dijawab atau emang saya alihkan. Haha. Intinya Saya nggak mau bohong.
Sampai pada akhirnya prinsip apa adanya ini saya pakai untuk berjualan di internet. Saya pakai untuk menulis copywriting. Saya belajar dari kang Rendy dan Mas J. Mereka menyampaikan kalau dalam menulis deskripsi sebuah produk, ya Natural aja. Nggak usah lebay.
Karena memang begitu baiknya. Sekarang Saya menampilkan apa adanya. Kalau emang nggak begitu bagus pelayannya ya sampaikan. Justru dengan kita sampaikan apa adanya. Orang lain pun nggak akan merasa tertipu.
Kalau Anda membaca sampai bagian ini. Dan merasa tulisan saya nggak jelas. Ya Alhamdulillah berarti feeling Anda masih peka. Karena jujur tulisan ini adalah curhatan hati Saya untuk diri sendiri. Yang malas menulis.
Hahaha…
Motivasi Menulis
Mungkin ada beberapa motivasi yang melatarbelakangi Saya untuk menulis. Bukan apa apa. Kalau Anda sudah tau prinsip apa yang Saya pegang, Mudah mudahan Anda akan lebih mudah menirunya.
Ya, saya memegang prinsip “ikatlah ilmu dengan menulis”,”orang yang berilmu akan dijaga pemilikinya”,”…amal jariyah yang tidak pernah putus salah satunya ilmu yang bermanfaat(diamalkan)”.
Anda juga nggak asing lagi membaca kutipan itu. Ya, kutipan itu berasal dari Nabi Muhammad SAW. Nabi panutan umat Islam. Dan Khalifah Ali. Ra. Yang kecerdasannya luar biasa.
Maka menulis selagi bisa, selagi mampu. Jujur Saya berkata seperti itu agar motivasi yang Saya berikan kepada Anda. Terinstall di dalam pikiran bawah sadar Saya (khususnya).
Anda boleh temukan motivasi menulis Anda. Setiap orang berbeda motivasinya. Namun pada dasarnya sama. Yang PENTING membuat Anda tergerak untuk MENULIS. Haha.
Zaman Distraksi
Inilah yang terjadi. Kita sudah di zaman notifikasi. Nggak di FB, nggak di IG, nggak di BBM. Haha. Dimana pun notifikasi. Semuanya ada distraksi atau gangguan.
Saya sepintas membaca status mas Hermas. “kita itu bukan sibuk atau gak bisa fokus. Tapi tangan kita selalu gatel dengan hape. Bentar bentar cek wa, fb, ig, dsb.”
Kurang lebih seperti itu. Mohon maaf ya mas, Saya nggak mengutip secara utuh. Yang jelas itu yang Saya tangkap. Haha.
Ya, itulah Saya. Lagi nulis bentar buka WA(di laptop ada versi WEB nya). Bentar bentar lihat status. Siapa yang komen, siapa yang like, siapa yang share. Hahahaha.
Jujur, pada menulis tulisan ini nggak ada rasa sama sekali untuk mengecek notifikasi. Padahal sebelumnya Saya sadar menulis status facebook yang mengundang interaksi.
Entah bagaimana bisa. Haha. Saya tetap menulis. Sampai bagian ini.
Saya sudah jujur kepada diri saya sendiri. Dari mulai dari keadaan internal dan eksternal.
Memang sih pekerjaan yang menguras energi itu bikin kita nggak mood buat nulis. Tapi kalau kita memang benar benar kepengen nulis. Saya yakin bisalah.
Buktinya tulisan ini. Haha. Saya memaksakan diri sendiri untuk menulis. Akhirnya tembus juga kan? Emang terkadang kita mesti memaksa diri kita untuk tetap produktif.
Oke. Sampe kita di kesimpulan.
Sederhana aja sih. Jujur pada diri sendiri, tingkatkan kesadaran dalam diri sendiri, pahami diri dari distraksi, dan berkomitmen sama diri sendiri. Haha.
Mudah mudah tulisan ini bermanfaat. Dan menjadi amal kebaikan. Aamiin.[]
Bener ka ga jelas banget tulisannya sampai bisa memotivasi hehe ? Makasih ka.