Kita tau manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri.
Contoh konkritnya adalah ketika kita sakit, meski kita bisa membeli obat ke apotek, tapi sadarilah hadirnya obat dan resep tersebut ada peran manusia.
Kita sepakati bahwa rezeki kita sudah dipenuhi oleh Allah swt, karena setiap harinya kita bisa bangun tidur, menghirup nafas, buang air besar dan kecil, hingga dengan mudah menyantap hidangan yang ada.
Tanpa perlu berpikir bagaimana mendapatkan nafas, bagaimana cara bangun tidur, semua ada yang memelihara dan mengendalikan.
Siapa lagi kalau bukan Allah, yang Maha Memelihara makhluk-Nya?
Meski rezeki sudah diatur, penting kita menyadari ini, yakni rezeki tidak datang dari langit, melainkan melalui perantara manusia dan tentu atas izin-Nya.
Allah yang menggerakkan hati manusia untuk mengantarkan rezeki, atau menggerakkan hati kita untuk mengantarkan rezeki untuk orang lain.
- Kalau kita sebagai pedagang, pembeli kita manusia;
- Kalau kita sebagai penulis, pembaca kita manusia;
- Kalau kita sebagai pekerja, atasan atau HR-nya manusia;
Sesama manusia saling terhubung. Maka, penting kita menyadari bahwa urusan kita berkaitan dengan manusia.
Bahkan ada riwayat yang mengatakan, Allah nggak akan memaafkan seseorang yang belum minta maaf kepada manusia. Saking pentingnya hubungan tersebut.
Kadang Allah menggerakkan hati seseorang yang sudah lama tak bersua dengan kita, tiba-tiba membawa rezeki yang tak terduga.
Saya menjadi saksi, bahwa rezeki itu diantar oleh manusia. Saya punya rekan yang memiliki keahlian coding, level ahli.
Ketika ada client setia (cie elah dah, wkwk) saya menghubungi untuk mengerjakan project, namun saya tidak bisa untuk mengerjakan project web yang rumit.
Karena saya ingat memiliki rekan yang mampu membuat project tersebut, saya putuskan untuk menghubungi rekan tersebut. Dan merekomendasi teman saya ini.
Alhamdulillah. Dan itulah skenario-Nya.
Jangan menganggap masalah dengan manusia itu sepele, karena itu persoalan yang kecil tapi berdampak besar.
Sebisa mungkin, saat ini saya memberikan manfaat, entah dalam bentuk riil, seperti saya menulis dan mereka membaca tulisan saya. atau sekadar bertanya melalui email, saya upayakan membalas.
Karena saya ingin memiliki hubungan yang baik antar sesama. Sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada-Nya.
Kalau kata Cak Nun “saat kita melayani hamba-Nya, karena-Nya, itu bentuk pengabdian kita kepada Allah swt.”
Oke, ya?
Pagi-pagi sudah dapat inspirasi 😀