Passion? Makhluk Apa itu?
Hampir semua motivator mengatakan dan mengajurkan bahwa kita memilih Profesi dan Impian sesuai dengan PASSION kita. Karena passion itu ada sejak kita dilahirkan, namun untuk mengenalinya kita perlu keilmuan untuk mendalami apa PASSION kita.
Kita sepakati bahwa passion adalah suatu aktivitas yang amat sangat kita sukai dan cintai ketika kita menjalaninya, kita merasa enjoy menjalaninya. Kita merasa nggak terbebani saat menjalaninya. Walaupun ada hambatan dan tantangan menghadang. Kita akan tetap melakukan apa kita sukai dan cintai.
Namun, proses pencarian passion itu nggaklah mudah. Butuh waktu. Tapi bukan berarti Anda duduk diam saja dan menjalani kehidupan bagai air mengalir. Nggak seperti itu.
Saya masih ingat ketika seminar 1000 Penulis Muda untuk Indonesia yang diadakan oleh Mas Tendi selaku Founder KMO Indonesia. Mas Ippho (penulis buku 1.000.000 eksemplar #7KeajaibanRezeki) yang menjadi narasumbernya, beliau mengatakan “nggak usah mikirin dulu soal passion. Saya pribadi menemukan passion Saya saat di umur 35 tahun. Coba kalau Anda menemukan passion di umur 65, tanggunglah Anda”. kurang lebih seperti itu Mas Ippho dengan gaya bicaranya yang khas.
Ada pun Kek Jamil Azzaini punya metode lain untuk bisa mempermudah menemukan passion. Yakni dengan cara tes STIFIn. Dimana tes STIFIn ini berdasarkan sidik jari Anda. ketika di scan sebuah alat khusus maka bakat Anda bisa terlihat dan passion bisa ditemukan disitu.
Sebagai contoh, Saya sudah mengalami 2 tahun pencarian passion. Setelah Saya tes STIFIn. Saya dinyatakan Thinking Introvert. Awalnya Saya kaget, karena Saya merasa bahwa Saya adalah feeling. Karena Saya ini orangnya mudah berempati kepada orang lain.
Saya coba sana, coba sini. Saya mengikuti apa yang Saya senangi. Saya mencoba apa yang belum pernah Saya coba, karena Saya tertarik menjalaninya. Tapi itu semua hanyalah semu semata. Ternyata Saya hanya melihat apa ada di puncaknya saja dari profesi dan pekerjaan tersebut. Tanpa melihat apa yang mereka jalanin sebelumnya.
Sebagai contoh Saya suka sekali dengan psikologi. Sampai Saya membaca buku pengantarnya saja ketika masih zaman SMA. Padahal belum pas, seusia Saya (pada waktu itu) membaca buku Pengantar Psikologi. Karena kapasitas yang dimikili saat itu belum mencukupi.
Sadari Saat Ini Juga Apa Yang Anda Senangi
Setelah Saya membaca buku Pengantar Psikologi. Kok rasanya nggak enak banget ya? Ketika membaca bagian filsafatnya. Sampai Saya merasa nggak nyaman dengan diri Saya sendiri. Wah! Akhirnya Saya memutuskan untuk menyimpan buku itu.
Itu baru satu contoh. Belum ketika Saya melihat dan merasakan betapa enaknya bisa menjadi seorang hipnotis. Sampai Saya beli bukunya dan mempelajarinya. Karena keterbatasan biaya untuk mengikuti training dan workshopnya Saya menemukan ‘mainan’ baru lagi. Ingin jadi marketer lah seperti bapak Hermawan Kertajaya. Ingin bisa mempengaruhi orang lain melalui bicara seperti Kek Jami dan Kang Rendy. Duh! Anak muda emang banyak maunya dan labil! 😀
Sadari saat ini juga. Begini. Kalau mentor Saya mengatakan semua apa yang kita senangi akan berpotensi menjadi profesi. Asalkan kita menjalaninya dengan sepenuh hati. Dan menjadikannya PRIORITAS UTAMA. Namun apa bila prioritas kedua menjadi pertama. Berarti Anda memang menyenangi profesi itu.
Sebagai contoh, Saya ini suka sekali dengan aktivitas yang namanya berjualan. Karena jualan itu mendapatkan uang. Tapi Saya sangat senang sekali mengulik hal hal yang baru di internet. Apa lagi yang berkaitan dengan apa yang Saya jual. Hehe.
Saya berkonsultasi dengan Mentor Saya. “Kak Arry gimana nih. Aku mesti fokus ke apa? Ngulik terus buat tutorial. Atau memang jualan aja?”, “Ya, kamu fokus yang menjadi prioritasmu saat ini. Misal kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk ngulik dan buat tutorial. Berarti kamu fokus disitu. Sampai bisa menghasilkan. Jualan itu hanya sebagai mendukung aktivitas utama kamu”, “hmm. Begitu. Baiklah.”, “begitu juga sebaliknya ya dik, kalau prioritas kedua menjadi utama. Dan prioritas utama menjadi kedua ya, prioritas utama akan menjadi pendukung prioritas kedua. Paham?”, “oke paham”.
Jadi kalau kita rela meluangkan waktu kita dengan menjalani aktivitas yang sangat kita sukai dan cintai. Ya kita fokus terhadap itu. Dan jadikan prioritas. Dan prioritas kedua hanya menjadi pendukung saja.
Ada profitkah dari PASSIONMU?
Ada lagi Guru Saya, Om Rianto Astono. Dia menyarakan kalau belajar berbisnis itu baiknya langsung bisa menghasilkan uang. Karena kita akan semangat menjalaninya. Dan Saya setuju dengan itu.
Begini. Kenapa Saya saat itu (2 tahun pencarian passion) gonta ganti terus. Karena Saya membayangkan dan memikirkan materi yang akan Saya dapatkan. Namun kenyataan pahitnya adalah Saya nggak mendapatkan profit sama sekali. Ada pun Saya mendapatkannya di usaha Training. Tapi nggak sebesar apa yang Saya dapatkan saat ini.
Om Rianto mengatakan “Seringkali, kita merasa bisa memperoleh hasil bagus dari berbagai POS penghasilan yang tersedia. Tapi kenyataannya kita lebih sering mengambil output dari POS utama yang terbukti sudah menghasilkan hanya sekedar untuk menghidupi berbagai POS lain yang sayangnya seperti tak mau maju-maju.
Begitu melulu, berdetik-detik, bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun.
Pertanyaannya, mengapa tak kita besarkan saja POS utama yang kita miliki dan sudah lama memberikan bukti itu?”
Dari sini Saya banyak belajar, karena ketika Saya sudah pecah telur di affiliate marketing. Seharusnya Saya bisa lebih fokus dengan apa yang Saya sudah hasilkan.
Saya pernah mencoba membuka usaha batik. Lebih tepatnya drophsip batik. Karena Saya mengerti bagaimana cara membuat toko online. Akhirnya langsung Saya buat toko onlinenya. Nggak sampai 2 bulan, tutup alias bangkrut.
Om RA sudah mengingatkan. Kenapa nggak kita fokuskan saja terhadap sesuatu yang sudah memberikan hasil yang cukup banyak dan besar kepada kita?
Ingat! Untuk menjalani PASSION saja kita diharuskan untuk FOKUS!
Jadilah Manusia 100%, Karena Kalau Tidak 100% = Tanggung. Tanggung = 0%
Pagi ini Saya melihat siaran tunda Pelita Hati yang narasumbernya kek Jamil Azzaini, Sang Inspirator Sukses Mulia. Ternyata kalau kita sudah menemukan passion kita lalu kita berkomitmen. Ternyata untuk menjalani apa yang kita sukai dan cintai di tengah jalan. Kita juga menemukan hal hal yang nggak kita sukai dan cintai. Namun kita membutuhkan itu untuk bisa meningkatkan kualitas diri.
Kalau Anda sudah komitmen. Anda harus jalani komitmen itu dengan sepenuh hati. Bagaimana pun passion Anda kalau nggak diikat dengan komitmen, tentu itu akan sia sia. Karena Anda akan terombang ambing kembali (seperti cerita Saya sebelumnya. Saya lebih sering gonta ganti keinginan Saya dan merasa bahwa itu adalah passion Saya)
Ada benarnya juga, kalau kita nggak 100% mejalaninya. Maka kita akan menjadi manusia yang tanggung alias 0%. Begitu kata Kek Jamil. Soalnya ketika Saya ingin menjadi pengusaha, banyak baca buku tentang bagaimana jadi pengusaha. Tapi jarang dan malas mencari komunitas bisnis (saat itu).
Walaupun berbisnis itu katanya mesti memerlukan action dibanding teori. Tapi teori juga jangan dilupakan. Karena kalau menyeimbangkan keduanya. Tentu akan lebih mantap. Karena bersinergi antara teori dan aksi.
Misal, Anda ingin menjadi psikologi. Anda belajar habis habisan psikologi. Segala buku yang berkaitan dengan Psikologi pasti Anda baca. Anda dalami. Tetapi ketika Anda mengalami suatu hambatan dan menemukan sesuatu yang baru yang bisa menghilangkan perasaan bosan itu. Maka bisa jadi, Anda akan langsung beralih ke ‘mainan baru’ ini. Dan akhirnya Anda menjadi manusia tanggung alias 0%.
Meningkatnya 4TA
Dalam konsep KUBIK Leadership, meningkatnya Kesuksesan dan Kemuliaan seseorang bisa dilihat dari 4TA. Apa itu? HarTA, TahTA, KaTA, dan CinTA. Dan 4TA ini bisa meningkat kalau Anda mengikuti apa passion Anda. Tentunya Anda yang sudah tes STIFIn akan mengetahui ini.
Alhamdulillah, Saya mengikuti hasil STIFIn Saya. 4TA itu perlahan mulai meningkat grafiknya. Beda dari sebelumnya Saya yang gonta ganti ‘mainan’.
Yang disarankan.
Sadari apa PASSION Anda. Baca buku buku pengembangan diri.
Referensi buku yang sebaiknya Anda baca. ON, Jamil Azzaini. Kubik Leadership, Jamil Azzaini dkk.
Sekian dari Saya, semoga Anda bisa memetik hikmah di dalam tulisan ini.[]