Selamat pagi semua. Bagaimana weekendnya? Tentu mengasyikan bukan? Walaupun di rumah saja, sebaiknya dinikmati saja :D. Hehe.
Kali ini saya ingin berbagi cerita tadi malam, yang membuat saya tidur agak telat. Karena kondisi kepala saya agak pusing. Alih alih karena banyak pikiran, ternyata ini karena hal spele. Namun berdampak luas terhadap diri saya.
Ketika itu ada seorang perempuan sebutlah namanya Fina (bukan nama sebenarnya). Ketika memasuki waktu isya’ dia ngebbm saya. Karena saya tidak ingin langsung membalasnya, saya biarkan sejenak. Setelah seling waktu beberapa menit akhirnya saya balas juga.
Entah mengapa setiap dia bbm, langsung muncul perasaan bercampur aduk, enggak enak, marah, sebel, kepengen frontal, tapi inget sama harga diri. Bahwa saya ini trainer dan terapis muda. “Masa iya berprilaku seperti itu?” Gumam hati saya.
Sungguh, ketika itu ada kejadian yang membuat saya sudah tidak percaya lagi dengannya. Dia merencanakan janji untuk ketemu, tetapi malah tiba tiba menyalahkan saya kenapa datang kemari. Padahal sebelumnya dia menyatakan siang itu free. Ketika sampai di lokasi janji, dia malah meminta saya untuk menunggunya (katanya tidak bisa kok minta ditungguin). saya menunggunya, dan apa? dia malah membuat saya kecewa. Saya menunggu lebih dari satu jam. Akhirnya saya putuskan untuk pulang.
Okelah tidak masalah bagi saya. Cukuplah saya menyimpan kesalahan itu dan dijadikan pelajaran. Bukankah begitu? Tapi saya yang membuat saya heran, kok dari teman teman dekatnya tidak jauh beda dengannya. Sama sama tidak bisa dipercaya. Alias tidak punya integritas. Saya pun pernah membuat janji ketemu dengan temannya, karena ada hal penting yang harus disampaikan. Tapi pada malam hari H nya, dia menyatakan tidak ingat dan sambil berdalih.
Sebagai pengamat sikap dan perilaku seseorang, bahwa ini penting untuk dijadikan pelajaran. Mengapa? Karena saya yakin bukan saya saja yang menjadi korban. Tetapi ada banyak yang menjadi korban seperti saya.
Oke, waktu menunjukan pukul 22:30. Saya dengannya masih berbincang tetapi dengan topik saling menjelaskan kenapa saya bersikap seperti itu kepadanya. Saya hanya memberikan gambaran besarnya saja. Sengaja saya seperti itu, karena saya rasa dia tidak pernah mengertikan perasaan yang disekitarnya. Ya hitung – hitung membuat dia sedikit lebih merenung dan peka.
Karena sudah tidak ada balasan. akhirnya saya mencoba mengajukan pertanyakan “Apa sebabnya saya bisa berperasaan seperti ini (kesal, marah, kecewa, dsb)?” saya tidak menyalahkan dia berperilaku seperti itu. Saya hanya menjelaskan gambaran besarnya sebab saya seperti itu.
Setelah, saya bertanya ke dalam diri sendiri. Akhirnya saya menemukan 5 sebabnya. Saya menjadi berperasaan tidak jelas terhadapnya. Jujur hanya kepada seorang inilah yang agak tidak beres perasaan saya.
Loh kok? Enggak bertanya “Kenapa?”. Tentu pertanyaa yang diawali “Kenapa?” akan memperkuat perasaan itu terhadapnya. Maka dari itu saya mencari penyebabnya. Nah ketika penyebabnya sudah ketemu, akhirnya timbullah kesadaran untuk membuang sebab itu. Nah pertanyaan kedua. “Bagaimana saya bisa membuang sebab ini?” yakni timbullah jawaban “yaudah maafin aja” nah biasanya kalau berawal dari hati. Proses memaafkan jauh lebih dahsyat, ketimbang disarankan oleh oranglain.
Saya maafkan dia, atas sebab yang dia lakukan. Teknik ini lumayan manjur. Entah benar atau tidak. Teknik ini yang bernama Psikoanalisis. Yang digaungkan oleh Sigmund Freud. Psikiater asal Jerman. Kalau pun beda ini kan masih berhubungan dengan itu. Karena ini hasil renungan dan praktik dari diri saya. J
Akhirnya saya tidur dengan perasaan plong dan tenang. Aaaah. Lega rasanya J. Nah teman teman sebaiknya ketika menjelang tidur, tidak dianjurkan untuk membawa masalah. Karena itu akan masuk ke dalam otak kita (baca: alam bawah sadar). Yang mengakibatkan masalah itu menempel setiap saat dalam otak kita.
Makanya kalau diputusin itu sebaiknya jangan malam malam, tunda dulu sampe siang. Hehe.
Terima kasih []
Salam NLP 😀