Awalnya mau kasih judul “bahaya labeling” tapi aku mempertimbangkan kalau ini juga ada positifnya.
Yaudah aku kasih judul “Seni Labeling”. Karena ini yang paling penting itu FLEKSIBELITAS kita menggunakan ilmu ini.
Mungkin kamu pernah mendengar atau diri kamu sendiri mengatakan:
“Gimana sih, lu kan anak IT. Masa gitu aja gak bisa?”
“Katanya anak ilkom (ilmu komunikasi), kok gak peka dan ngertiin sih?”
Huftt. Padahal mereka semua manusia biasa seperti kita. Iya kan? kenapa kita kecewa? Karena kita sendiri mempersepsikan begitu. Saat gak sesuai persepsi, barulah terjadi CRASH.
Kecewa itu ILUSI
Bener nih, kecewa itu ilusi. Setahun lebih aku mengenal seseorang yang dia udah berhijrah. Dari yang gak pake kerudung, sampe ke kerudung syar’i. Udah mulai belajar agama deh. Alhamdulillah.
Aku pun berpikir dan berpesepsi “Oke, omongan dia bisa dipegang. Aku tunggu tanggalnya”.
Pas mau hari H, dia batalin gitu aja. wkwk. ini bukan curhat ya. cuman belajar dari pengalaman aja. tapi terserah kamu yang mau mempersepsikannya gimana :p.
“oh gitu, cuman kerudungnya doang gede, suka ngaji, tapi begitu. Astagfirullah”. Saat itu aku bener bener kecewa, sekecewanya orang kecewa. Gimana dah tuh? haha.
Sakit hati, kecewa berat, sebel, dongkol, ah pokoknya bener bener bikin pikiran kalut. Sampe saat ini aku masih inget tanggalnya. Tapi rasa kecewa, dsb. udah gak ada. Aku udah ikhlas dan memaafkan.
“yang salah itu bukan agamanya, tapi orangnya” ya emang betul. Karena aku berpikir kalau orang yang seperti itu “bakal ngerti”, padahal belum tentu.
Tapi aku gak akan bahas itu. Melainkan LABELING yang aku sematkan terhadap orang itu.
Mungkin kita pernah menganggap teman (contohnya) yang orangnya baik banget, murah hati. ketika gak melakukan apa yang kita inginkan(minta bantuan).
Kita malah jengkel atau sebel karena perubahan sikap teman kita yang kita persepsikan BAIK. (wajar berpersepsi begitu, karena kita menyimpulkan dari sikapnya)
jadi, yang bikin kita kecewa itu apa? orang lain atau persepsi yang kita bangun?
Biar sama nih! Labeling itu penamaan. Persepsi adalah yang terbentuk dari penamaan itu.
Labeling itu WAJAR kok
serius! labeling itu wajar. cuman pertanyaannya labeling itu ngedukung tujuan kita gak? nguntungan orang dan diri sendiri gak? gitu!
Labeling itu sendiri bentuk generalisasi otak kita. Itu alamiah. Cuman lagi lagi aku katakan. Kalau gak ngedukung tujuan dan lebih banyak ngerugiin diri sendiri. Buat apa dipertahankan?
Labeling itu kan membentuk persepsi. Persepsi itu sendiri menentukan kita bersikap kepada seseorang. Serius!
Kalau kita udah labeling orang itu “jahat” biasanya kita akan menghindar. dan itu wajar. sebagai bentuk perlindungan diri.
tapi gimana kalau labeling kita kepada orang itu “kamu bisa dan selalu bisa” beda banget sikap kita ke orang itu.
Aku sendiri lagi mempraktekkan itu “aku yakin kamu jadi PR yang Profesional kok!” walaupun dia sendiri meragukan itu. Aku pikir, dia cuman belom dapet feelnya.
Tapi saat aku berpersepsi demikian. Apa pun yang berhubungan dengan dunia PR dan hal hal yang mendukung tujuannya. Aku kerahkan semuanya.
Atau dalam menjalin hubungan asmara “kita belajar dan tumbuh bareng ya!” Apapun masalah yang dihadapi kita akan mengacu ke labeling itu. Belajar, bukan ujung ujungnya udahan. tapi selesaikan! wkwk.
Setiap ada masalah, pasti ada solusi, setelah masalah selesai, pasti ada hikmah (pembelajaran), itulah yang bikin tumbuh. cie ;p.
Jadi gitu! haha.
Begini Labeling Terbentuk
Labeling itu terbentuk bisa dari cerita orang, dari perlakuan yang kita terima, atau dari apa yang sekedar liat aja.
Misal kalau cerita orang. “eh dia mah orangnya gini (bla bla bla)”, “eh dia ini anak IT lhoo”, “gue punya kenalan anak komunikasi nih. woke banget dia”.
Padahal dari cerita itu belum tentu apa yang dipersepsikan bener bener sesuai di dunia realita. “noh, si dika anak advert. kalau desain mah ke dia aja”. thanks bray rekomendasinya. haha.
tapi aku sendiri gak jago banget buat desain. lebih suka buat copywritingnya. jadi aku tetep butuh Art Director, dan itu partner ku dalam berkolaborasi di Agency. UHUY!
Ada juga perlakuan kita terima. Misal dia orangnya gak tepat janji. walau pun sekali. kalau kita langsung melabeling gitu. sikap kita akan jadi gak percayaan gitu. sulit untuk percaya, walau dia bener.
Makanya aku katakan ini SENI. tergantung kita menyikapi dan sejauh mana fleksibelitas kita.
atau labeling itu sendiri cuman dari pandangan terbatas kita, misal kita langsung mempersepsikan orang yang punk itu jahat, gak baik, padahal gak gitu juga. walau pada akhirnya kita lebih sering melabeling begitu, karena takut. kalau udah takut, diri kita punya perlindungan diri.
jadi setuju ya? kalau Cara kita bersikap kepada orang lain sesuai apa yang kita persepsikan.
Sisi Positif & Negatif Labeling
Pasti selalu ada dong. Sisi positifnya kita bisa bersikap dari labeling itu. Kita bakalan memperlakukan dan bersikap lebih dari apa yang orang itu sendiri pikirkan tentang kita.
kita bisa terlindung dari penipuan. haha. kalau kita tertipu itu karena terlalu buta! udah tau bodong, masih aja dipercaya.
Kalau negatifnya kita jadi mudah curigaan, gak percayaan. Makanya Labeling itu seni. tergantung kita mengendalikanya.
Self Labeling
ini juga berlaku untuk diri sendiri lho. kalau kita melabeling diri kita bisa, mampu, pasti kita akan bertindak sesuai apa yang kita labeli terhadap diri kita.
Misal, aku nih. awalnya gak aku gak percaya bisa menang juara 1 lomba blog. Asli gak percaya. tapi aku meyakini, kalau aku hidup bisa dari jari jari ku. Maksudnya menulis, berkarya. aamiin.
pilihlah label label yang menguntungkan ya!
jadi begitulah seni labeling. kalau gak dikendalikan dan mesti mengendalikan.
gimana? kebayang? kalau pusing, Alhamdulillah. terus terang gak mudah bagiku menterjemahkan apa yang ada di dalam diriku, ke luar. tapi aku sendiri paham. haha.
terima kasih udah baca blog post ku, pokoknya thanks banget. aku tunggu komentar positif setelah baca baca blog ku! ^_^
See You The Next Post! ^_^