Aku cukup merasa terganggu dengan tulisan yang ada di blog ini. Bukan, bukan yang baru baru ini, tapi tulisan lawas yang pernah kutulis.
Sebelumnya aku punya beberapa blog, tapi nggak sempat terawat. Ujung-ujungnya tulisan itu dipindahkan ke blog ini, ya dwiandikapratama.com.
Udah berjalan 5 tahun, nggak kerasa dan nggak nyangka bakalan bisa selama ini. Haha. Sebelumnya aku niat membuat blog hanya untuk menuliskan apa yang aku ingin tulis dan berjualan produk dan jasaku.
Tapi sejujurnya tulisan lawas itu agak mengusikku, tapi kini aku menerimanya. Itulah yang kumaksud Seni Membingkai Makna.
Karena kita hanya bermain dengan persepsi dan makna yang ada di dalam diri. Maka penting juga kita belajar bagaimana menemukan makna yang tepat agar kita tetap merasakan nikmat.
Aku ini orangnya perfeksionis, segalanya ingin sempurna, apa yang udah dibuat mesti diseragamkan, mesti terlihat sempurna.
Padahal kalau diingat-ingat dari buku yang kubaca, “menerima ketidaksempurnaan adalah kesempurnaan”.
Baru akhir-akhir ini aku menemukan makna yang tepat agar aku tidak terusik oleh tulisan lawasku. Apa itu?
The Journey of Writing
Aku bercerita dalam ebook setebal 67 halaman, tentang kalau aku awalnya nggak suka baca dan nulis, tapi akhirnya aku menjadi fulltime Penulis.
Aku menggunakan keahlian menulis untuk menjemput rezeki, menjadikan menulis sebagai sumber penghidupan, bagaimana pun caranya.
Karena terus terang, aku pernah mencoba hal lain, tapi menulislah yang cocok bagiku. Aku ingat apa yang pernah kubaca, aku lupa siapa yang menulis, kira-kira begini bunyinya:
“kalau ingin menjadikan hobi sebagai profesi, coba cek mana yang udah pernah menghasilkan, mana yang tanpa disadari sebenarnya memberikan penghasilan”
Dalam hatiku berkata “iya juga ya, mungkin menulis adalah jalanku. Hampir semua yang aku ingin dapatkan, terwujud lewat tulisan.
Mulai dari bertemu Penulis favorit (sejak SMA), hingga aku dapet beasiswa dan laptop idaman semua dari tulisan.”
Alhamdulillah, semua atas izin Allah. Suara hatiku yang berkata begitu, muncul spontan aja. Aku pernah mencoba dunia programming, web desain, hingga desain grafis.
Emang sih yang menghasilkan banget itu web design, tapi aku merasa capek, beneran capek. Berbeda dengan menulis, walau aku suka pusing bikin konsepnya, aku menikmati sekali.
Nah, inilah makna yang aku dapatkan dan nggak terusik lagi dengan tulisan lawasku:
“saat ini kan aku mengajarkan bagaimana menulis yang berdampak dan berkualitas, orang lain pun penasaran bagaimana journey (perjalanan) dari tulisan biasa aja hingga berkualitas”.
Terkadang aku memotivasi mereka yang (baru) belajar menulis dengan menunjukkan tulisan alayku, ya, ada yang alay. Haha.
Bukan hanya alay, ada juga yang terlalu menggurui, radikal, teoritis, ego sentris, tapi itulah journey seorang Penulis yang awalnya nggak suka baca dan nulis.
Aku anggap maklum dan aku biarkan saja. Aku membiarkan orang lain mengakses tulisan lawas dan alay itu.
Boleh jadi mereka merasa terbantu, “oh, ternyata butuh proses ya untuk bisa menulis yang berkualitas”.
Karena ada perasaan yang tak pernah dirasakan ketika seseorang belum melakukan banyak latihan menulis. Seriusan deh.
Aku sendiri kadang masih merasa pusing saat membuat headline yang menarik dan konsep tulisan yang terstruktur.
Karena ketika menuliskannya, mudah aja. Seperti aku menulis tulisan ini, ngalir aja. Karena udah ada di benakku.
Berbeda kalau aku ikut lomba atau aku ingin menulis yang terkonsep menggunakan 3 formula impactful writing.
Jadi, tulisan lawas itu pun mengajariku “oh ternyata aku pernah menulis seperti ini”. Mungkin bisa jadi cerita dan bahan materi untuk penerusku. Haha.
Kesimpulan
Temukan makna yang tepat dalam dirimu sendiri. Bagaimana orang lain memandang kita, tergantung bagaimana kita memandang diri kita sendiri.
Seandainya mereka menyampaikan pandangan mereka begini-begitu dan berbeda dengan apa yang kamu pikirkan. Yaudah, biarin aja.
Gitu. Mudah-mudahan dapet manfaat yah?
Kadang aku malas menulis karena blog ku belum terhubung ke adsense. Dan aku tidak mendapatkan apapun dari tulisanku ?
Gak apapa. Kamu dapet pengalaman menulis yang tak pernah terlupakan. ?