Pernah denger kan kalau sukses itu bisa diraih dengan bahagia dulu. Ya lebih tepatnya Richard Bandler yang mengatakan di Buku Using Your Brain For A Change, dalam buku Memperbaiki Nasib, Dr. Ibrahim Elfiky. “Sebagian orang mengira, bahwa kebahagiaan adalah buah kesuksesan. Padahal, yang benar adalah sebaliknya, kesuksesan adalah buah kebahagiaan.”
Ketika masih SMA aku memahami kutipan itu begini.
“oh jadi untuk meraih sukses kita mesti bahagia dulu, mesti ngerasa bahagia dulu dengan tujuan yang akan kita capai.”
Intinya saat itu aku memiliki pemahaman kalau untuk sukses dalam prosesnya kita mesti bahagia. Kenyataannya aku gak selalu bahagia saat berproses.
Terus aku bertanya mungkin ini bukan passion. Padahal passion bukan sekedar melakukan hal yang menyenangkan. Juga melakukan hal yang gak nyaman tapi melakukan dengan sepenuh hati. Apa pun konsekuensinya.
Namun seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, bertambah buku yang ku baca pemahaman itu meningkat, entah memang butuh akan definisi baru atau emang diriku ini menemukan sesuatu.
Aku mendapatkan AHA MOMENT! Yes, jadi ada timbul “Ohhh yaaaaaa gituuuu” dibarengi dengan perasaan yang excited, ngelfy, apalah namanya pokoknya ada sensasi dalam diri begitu.
Itu pun setelah aku menonton seminar Financial Freedom yang dibawakan oleh Anthony Robbins, Coach No. 1 di dunia! (tonton videonya).
Intinya, aku mendapatkan pemahaman baru dan perspektif baru dari makna bahagia dulu, baru sukses. Yakni definisi kita terhadap (contoh yang lebih riil) kekayaan atau kesuksesan.
Saat definisi kita tepat alias kita sudah merasakan (bahagia) terlebih dahulu, maka akan lebih mudah untuk mencapainya. Kurang lebih begitu pemahaman yang ku dapatkan dari video itu.
Ini bisa disebut Inner Game atau Permainan Internal(diri). Karena faktanya pikiran kita yang mendefinisikan kekayaan dan kesuksesan.
Mengutip dari Buku Be Happy, Get What You Want, “Tidak seorang pun lahir dengan membawa kebahagiaan atau kesusahan di pikirannya”. Buku ini masih serial NLP karya Master Trainer Hingdranata Nikolay dari Inspirasi Indonesia.
Kita mesti memenangkan permainan dalam diri terlebih dahulu. Kalau definisinya sudah benar. Maka akan jauh lebih mudah. Oh ya, ini gak berlaku hanya di ranah sukes, finansial, juga di ranah romansa, marketing, pengembangan diri, dsb. Karena ini bagaimana definisi kita terhadap objek tertentu.
Subjektif
Mungkin pemikiran ketika aku SMA udah tepat dan pemikiran ketika kuliah ini sebagai pelengkap. Kenapa aku meyakini ini sebagai pemahaman baru? Karena ada indikasi ketika pemahaman ini muncul, tubuh ku merespon baik. Ada sensasi yang muncul.
Kalau pun sukses dulu baru bahagia, rasanya bahagia kita banyak syaratnya, banyak aturannya, jadi malah gak bahagia. Logikanya masuk ya? Jadi kita dalam berproses kurang menikmati setiap momen.
Meraih Perubahan
Aku ingat Dr. Ibrahim Elfiky mengatakan “Persepsi adalah Perubahan dan Perubahan adalah Awal Kemajuan”. Jadi untuk mengubah (contohnya) kebiasaan. Yang paling pertama adalah persepsi terhadap kebiasaan itu sendiri.
Misal berbelanja yang melebihi limit, mungkin tujuannya baik yakni membuat diri lebih bahagia, tapi apakah cara untuk bahagia mesti berbelanja? Kalau terlalu sering begitu jadinya kan kebiasaan. Iya?
Mungkin kalau kata persepsi masih belum terbayang. Lebih tepatnya pemahaman kita deh. Walau pemahaman itu sendiri termasuk persepsi. Kan persepsi itu cara pandang kita terhadap sesuatu yang kita olah dari informasi yang kita miliki. Iya?
Jadi jangan mengejar perubahan, tapi kejarlah pemahaman. Karena kalau pemahaman sudah benar, kita bertindak dengan maksimal dan perubahan pun akan mengikuti dengan sendirinya. []
lebih dekat dengan penulis blog ini. creadits image unsplash.com
