Setelah memutuskan menjadi professional blogger, aku mengamati ternyata ada tiga hal penting dalam menulis konten.
Itu pun tanpa ku sadari. Karena ini proses yang ku jalani dari sekedar buat konten blogpost sampai konten untuk lomba.
Bahkan dari aku juara 7 hingga juara 1 ternyata ada pola yang berulang. Nah, kamu bisa banget belajar dari postingan kali ini.
Baca sampai selesai, siapa tau dapet insight nulis blog untuk lomba terus dapet juara. Duh, itu juga bagian kebahagiaan bagiku.
Tiga hal penting itu adalah Desain(Estetika), Editorial dan Data. Tanpa ku sadari 3 hal ini yang memenuhi konten ku jadi dicintai oleh juri, pengunjung, bahkan bisa viral. Penasaran kan?
Hal ke-satu: Desain
Kalau kamu dipusingkan oleh desain blog. Bukan kamu aja kok, aku pun demikian, pusing banget nyari themes yang cocok.
Tapi pada akhirnya kalau terlalu nyari yang sempurna, beneran gak ada. Seriusan deh. Setiap themes ada kekurangannya dan kelebihannya. Seperti doi. 😀
Bahasan kali ini aku lebih menitikberatkan pengguna wordpress.org ya(self-hosted), walau kamu menggunakan blogger.com tetep bisa mempraktikkan ini.
Karena ini lebih ke konsep, bukan teknis yang sifatnya tutorial. Selain itu aku juga pernah pake blogger.com saat ikut lomba, hehe.
Aku bukan orang yang pandai desain, ya bisa dibilang keahlian desain ku masih minim, kalau ngedesain sendiri hasilnya malah bikin gak nyaman. 😀
Clean and Responsive
Selanjutnya tips dari aku adalah clean and responsive. Clean di sini dengan arti tampilannya enak dilihat, gak mencolok, gak bikin mata sakit, ya, pokoknya bener bener clean alias bersih.
Terus responsive, dengan begini pembaca jadi betah, karena tampilan blog kita menyesuaikan dengan bentuk device, kalau di gadget seperti apa bentuknya, begitu juga di laptop mau pun tablet.
Blog ini sendiri menggunakan themes LandingPress, kalau untuk kamu pengguna blogspot bisa beli di idntheme.com atau bisa download versi gratisnya. Aku suka dengan template, Simple Grid.
Untuk themes apa yang ku gunakan, aku terbuka aja. Soalnya di situ emang themesnya berkualitas. Kalau emang mau diseriusin jadi Professional Blogger, ya baiknya ngeluarin kocek sedikit untuk investasi beli themes.
Untuk wordpress (self-hosted) bisa menggunakan Write atau LandingPress sepertiku ini. Sebelumnya aku menggunakan Write. Sekarang menggunakan LandingPress. Alasannya ingin bisa pakai toko online-nya.
Ini bukan Nulis Buku tapi Blog
Coba kamu bandingkan tulisan ku dengan tulisan yang ada di buku. Apa yang membedakannya? Ya, paragrafnya.
Kalau di blog itu jangan rapet banget, atau satu paragrafnya panjang. Terkadang itu yang buat pembaca gak nyaman sama tulisan kita.
Tips dari aku ya, 3 – 5 kalimat dalam satu paragraf, yang penting pas enter gak ganjil gitu. Dan pastinya enak dibaca. Nanti kamu juga akan belajar bagaimana mengedit tulisan supaya enak dibaca.
Kalau Gak Ngerti Desain jangan Nekat
Kalau kamu emang belum ngerti desain, jangan sok tau, sebaiknya tanya atau minta dibantu orang yang lebih ahli.
Kecuali kamu sendiri bikin dua blog. Yang satu untuk Profesi (cari duit), yang satu untuk diary. Begitu gak apa apa.
Karena kalau kamu nekat ngedesain sendiri, blogmu-lah yang jadi korban, nanti tampilannya gak sebagus awal. Hehe.
Begini kalau Kamu Lemah di Desain
Karena aku sadar untuk desain gak begitu kuat dan keren, maka yang aku fokuskan adalah bagaimana menyajikan konten yang powerful, nendang dan keren.
Semua ini bisa dipelajari. Kalau kamu bisa mempelajari desain sekaligus memperdalam konten, ya gak apa apa.
Hal ke-dua: Editorial
Editorial ini penting banget, karena berkaitan dengan konten yang akan kita buat. Di sini aku akan berbagi bagaimana membuat konten yang powerful. Dari konten yang selama ini aku buat untuk blogpost hingga lomba. Asik kan?
Headline itu Atraktif(Menarik)
Ini poin pertama yang kamu mesti bener bener seriusin. Karena headline itu bener mengundang daya tarik(atraktif) bagi pembaca maupun juri.
Contoh headline yang pernah ku buat:
KejarMimpi: Nggak Suka Baca Nulis tapi Pilih Profesi Professional Blogger;
Zakat Digital untuk Independent Worker;
Belanja di MizanStore? Jangan Bertransaksi Apapun Sebelum tau ini.
Dari ketiga headline ini berhasil meraih juara lho. Headline pertama dan kedua meraih juara satu, yang kedua meraih juara ketiga.
Intinya dalam membuat headline itu yang paling penting adalah MENGUNDANG DAYA TARIK. Ya, seperti di atas. Indikasi headline menarik itu seperti apa? Ya, kamu sendiri ngerasa itu menarik.
Dalam buat headline gak bisa langsung sekali, mesti ada revisi, supaya bener bener pas dan ngena. Karena headline kalau bodytext-nya gak berbobot, ya sama aja. Hehe.
Lalu bagaimana dengan membuat headline untuk blogpost? Untuk itu, mulai dari tema yang kamu akan bahas, lalu breakdown menjadi headline yang akan ditulis.
Contoh headline untuk blogpost berbentuk listicle:
“5 Hal yang mesti disiapkan sebelum Resign” tema: untuk pekerja yang ingin resign
“Memilih Profesi yang Tepat? 8 Hal ini Membantumu untuk menemukannya” tema: cari profesi
“tapi aku pusing Kadika cari materinya, gimana dong?”
Justru yang pusing itu bikin blogpost gak dari headline dulu. Kalau dari headline kita cari data & referensinya gak melenceng dari headline itu. Paham? 😀
Angle itu Ciri Khas
Angle atau sudut pandang. Ini gak kalah penting dari headline. Ini yang bikin tulisan kita punya ciri khas. Ya, bisa dibilang kontennya “gue banget”.
Karena yang paham sudut pandang itu sendiri adalah kamu yang membuat. Orang mau meniru konten kamu agak gak mudah.
Kalau angle yang kamu sajikan udah menjadi ciri khas kamu. Pembaca jadi tau identitas konten blogmu.
Angle ini yang membedakan tulisan kita dengan orang lain. Boleh jadi temanya sama, tapi angle yang kamu sampaikan berbeda. Maka tulisanmu bisa jauh lebih menarik.
Gaya Bahasa (HOW TO DELIVERY) itu NENDANG
Ada kan frasa berkata “Komunikasi bukan pesan apa yang ingin disampaikan, melainkan bagaimana cara menyampaikannya”.
Ketika kamu udah buat konten dengan headline yang atraktif terus angle yang keren. Tapi gaya bahasa-nya kurang tepat, ya sama aja hehe.
Gaya Bahasa adalah bagaimana kita menyampaikan pesan yang kita ingin sampaikan. Kita akan menentukan gaya bahasa sesuai dari pengunjung rata rata ke blog kita dari Demografis Google Analytics.
Aku pribadi menggunakan gaya bahasa “aku-kamu” dan menggunakan bahasa (pemilihan kata) selayaknya sehari hari untuk blogpost.
Ada pun aku menyesuaikan tema dari kententuan penyelenggara. Kalau menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, ya, agak sedikit formal. Minimal sesuai EBI (Ejaan Bahasa Indonesia).
Seperti aku menggunakan kata “udah” maka kata itu sebaiknya dibuat cetak miring. Karena kata sebenernya “sudah”. Ada juga penyelenggara lomba yang mengizinkan menulis dengan gaya bahasa kita. Dan itu lebih enak sih.
Ada juga saatnya menggunakan “Saya-Anda” misal konten tersebut bertema bisnis. Coba kamu posisikan sebagai Pebisnis yang sedang menulis atau Pebisnis sebagai pembaca menggunakan “aku-kamu”. Hehe.
Walaupun sah-sah aja. Tapi idealnya gak begitu. Sebenernya ini kembali lagi kepada rasa nyaman kamu.
Ini khusus untuk konten lomba blog ya. Karena aku pribadi akan memposisikan sebagai pembaca kalau menggunakan “aku-kamu” dengan konten (bisnis) kurang nyaman.
Karena tulisan itu menularkan vibrasi kepada pembaca kalau saat nulis kurang nyaman, kadang kita sendiri gak mau baca. Hehe.
Tiga hal pertama dari Editorial ini adalah hal penting. Aku udah mengalami kalau tiga hal ini (headline, angle dan gaya bahasa) adalah cara untuk menciptakan konten yang berkualitas. Ada pun hal lainnya sebagai pendukung 3 hal utama ini.
Kutipan & Referensi
Aku terbiasa menggunakan kutipan tokoh untuk memulai tulisan atau memperkuat isi. Karena kutipan tokoh powerful banget.
Bisa menembus critical area(pemikiran kritis. dimana seseorang gak mempertanyannya lagi), dan tulisan kita akan mudah diterima.
Kutipan itu bisa didapetin dari buku atau internet. Tapi aku lebih sering dapetin kutipan dari buku.
Karena suka inget di buku (yang ku baca). Ada kutipan yang aku rasa relevan dengan tulisanku.
Boleh baca blogpost ini “Menelisik Kata #KamiTidakTakut” ada banyak referensi yang tuangkan dalam blogpost itu.
Ada pun referensi buku ini gak jauh penting, karena orang akan percaya ketika kita melontarkan opini didasari referensi.
Orang akan gak mudah untuk membantah, karena membantah sama aja membantah hasil penelitian itu. Kalau mau membantah mesti membuktikan secara ilmiah juga.
Oh ya, referensi itu bisa berbentuk riset, pernyataan, dan data grafik. Intinya hampir semua ada di buku bisa dikutip untuk menguatkan opini kita.
Kalau kita beropini tanpa menggunakan data, ya orang akan bertanya tanya. Ini bisa untuk blogpost aja atau pun saat lomba blog.
Tapi ciri khas saat aku lomba, ya aku coba sisipin satu-dua referensi untuk menguatkan. Karena itu akan powerful!
Experience itu NONJOK!
Kebanyakan lomba yang aku ikutin, terkonsep dari pengalaman yang pernah terjadi. kebanyakkan penyelenggara lomba menginginkan konten itu bener bener unik dan orisinal.
Konten Unik dan Orisinal bisa diciptakan dari EXPERIENCE alias pengalaman.
Karena pengalaman itu gak ada yang bisa menduakan, rill gitu, walau produknya sama, tapi ada dua orang yang menggunakan bakalan tetep beda hasil reviewnya.
Seperti aku mengaitkan pengalaman masa kecil, masa sekolah(SD, SMP dan SMA), hingga masa sekarang.
Diantaranya:
“KejarMimpi: Nggak Suka Baca Nulis tapi Pilih Profesi Professional Blogger” aku bercerita bagaimana ketika aku belum suka menulis (SMA), hingga akhirnya sekarang memutuskan menjadi seorang Professional Blogger(Mahasiswa).
“Digital Marketing itu Penting” aku bercerita pengalaman ku beriklan menggunakan FansPage, Email Marketing, dan Optimasi Konten.
“Ippho Santosa mengajari ku arti sepasang bidadari” ini pun sama, aku dapet momennya ketika masih SMA, tapi aku ceritakan saat udah kuliah.
Dari ketiganya aku menggunakan pengalaman yang bener bener menyentuh, penuh perjuangan, dan kaya akan proses.
Dan pastinya postingan ini berdasarkan pengalaman nyata. hehe.
Intinya tulisan itu melibatkan emosi pembaca. Penasaran? Boleh klik masing masing judulnya. 😀
(anyway, kebanyakan contoh blogpost yang ku gunakan adalah tulisan yang berhasil menyentuh hati dewan juri alias meraih juara, hehe)
Hot News = Hot Traffic
Ini adalah case study dimana tiba tiba trafikku melonjak tajam. Ini bukan untuk konten lomba, tapi lebih ke blog post.
Ketika itu ada berita pengeboman di Surabaya. Karena saat itu langsung ramai menggunakan hastag #KamiTidakTakut dan aku gak setuju menggunakan hashtag itu karena mengandung energi negatif alias negative words.
Segeralah aku menulis opini ku, yang jelas referensi yang ku gunakan banyak. Kalau ada yang mendebat, ya, silakan mendebat para penelitinya.
Karena aku hanya mengemas tulisan sedemikian rupa sehingga jadi enak dibaca dan masuk akal.
Asli, gak lama kemudian, artikel itu dishare oleh ratusan. Bagiku, ini pengalaman pertama kali ketika menggunakan hot news.
Tulisanku ini mewakilkan banyak suara yang ingin bersuara karena gak setuju hashtag #KamiTidakTakut. Maka orang akan sukarela untuk membagikannya.
Intinya, HOT NEWS = HOT TRAFFIC. Kalau pandai mengemas data & referensi menjadi tulisan yang renyah. Aku jamin tulisan mu viral.
Editing Semudah Ini
Seperti yang ku katakan sebelumnya, kamu akan belajar bagaimana mengedit konten. Hal ini mungkin sederhana tapi bener bener bikin konten jadi makin berkualitas.
“tulisan yang baik itu bukan sekali tulis, tapi diedit berkali kali” Joe Vitale. Nah, ini menurut Joe Vitale guru The Secret, penulis buku Hypnotic Writing.
Pertama, baca tulisan mu dengan suara alias dilafalkan. Agak aneh emang, tapi aku dapatkan pembelajaran ini dari buku Kitab Writerpreneur karya Sofie Beatrix. Baca tulisanmu, rasakan adakah yang ganjil. Lalu perbaiki.
Kedua, Membaca dengan teliti. Tanpa sadar terkadang kita udah ngerasa tulisan kita baik, tapi kalau diteliti lagi. Ternyata masih ada typo atau kalimatnya gak nyambung.
Ketiga, posisikan sebagai pembaca, nyaman gak, enak gak, dari sinilah konten bisa benar benar powerful.
See, semudah itu ‘kan? Setelah kamu tau 6 elemen yang ku bahas sebelumnya di editorial ini. Sempurnakanlah dengan editing yang kamu ketahui ini.
Hal ke-tiga: Data is POWER
Data bisa menjadi cara kita membuat konten yang lebih powerful, mulai dari demografisnya, devicenya, bahkan jaringannya. Tergantung konten apa yang hendak kita tulis.
Semakin kita menulis konten yang hampir sama persis yang diinginkan oleh pembaca biasanya akan timbul suara dalam diri “anjir ini gue bangetttt”.
Menentukan Gaya Bahasa dari Demografis GA (Google Analytics)
Melihat statistik pengunjung kebanyakan dari umur 18-24 dan 25-34. Maka aku memiliki dua potensi.
Tulisan ku bisa menjadi disukai dan membantu permasalahan dunia anak muda. Kedua, aku memiliki potensi berjualan produk yang bisa meredakan ‘rasa sakit’ mereka.
Namun yang paling penting adalah bagaimana kita menyampaikan pesan yang disampaikan. Pada umur sekian menggunakan gaya bahasa apa untuk konten ini.
Misalnya,
“5 Langkah Jualan Online Gak Pake Ribet dan Modal Gede”
Kalau penyampaiannya menggunakan Saya-Anda kurang oke. Karena target ku ini adalah Mahasiswa (18-24). Akan lebih friendly kalau menggunakan aku-kamu, Saya-kamu. Tapi ini bukan aturan baku ya.
Tapi ini hasil pengalaman ku sendiri. Bisa jadi cocok untuk kamu praktikkan.
Ada lagi misal:
“Pastikan 5 Hal Ini Terpenuhi Sebelum Resign”
Karena segmennya adalah umur 25-34 maka idealnya menggunakan Saya-Anda. Walau mungkin bisa aja umur 18-24 masuk, tapi itu bonus aja. Hehe.
Inilah Tanda Pembaca Menyukai Tulisanmu
Lamanya pengunjung membaca blogpost itu tanda mereka menyukai konten blog mu lho.
Algoritma google kian berkembang, konten yang paling friendly ditandai sebagai konten yang berkualitas, unik, orisinal. Dan sebaiknya konten itu agak panjang agar bisa menurunkan bounce rate.
Selain konten yang panjang, lagi lagi gaya bahasa dalam penyampaian itu penting banget. Karena akan berpengaruh sejauh mana pembaca nyaman dengan kontenmu. Seberapa keren kah konten yang kamu buat.
Makanya jangan terlalu baku kalau untuk membuat konten blog. emang karya ilmiah baku. Hehe. Dibuat santai aja, yang penting bisa diterima pesannya oleh pembaca.
Maka penting buat data ini Google Analyticsmu. Untuk tau siapa pembacamu sebenarnya.[]